Dalam kehidupan masyarakat terutama di pedesaan, kearifan lokal masyarakat yang bersumber dari nilai-nilai religi dan kondisi lingkungan turut mewarnai dalam pengelolaan kebun sagu. Diantara kearifan lokal tersebut terdapat pada saat pemanenan, pengangkutan sampai penetapan harga dalam proses jual beli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif melalui studi pustaka, observasi dan wawancara. Dalam proses pemanenan terdapat pengetahuan lokal yang digunakan untuk menentukan batang yang masak tebang dengan melihat kemunculan bunga muda. Sementara itu, sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan rawa yang minim sarana jalan, masyarakat menggunakan cara menggolek dan menggunakan pelepah sagu sebagai landasan jalan untuk mengeluarkan tual sagu dari kebun. Selanjutnya untuk membawa tual-tual sagu ke pabrik dengan cara dihanyutkan ke sungai dan ditarik dengan perahu motor. Dalam proses penetapan harga, selain faktor ekonomi (keuntungan) juga terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang berdasarkan nilai sosial religi, hubungan kerabat dan motivasi tolong menolong. Nilai-nilai seperti ini dianggap membawa keberkahan, kebahagiaan, dan rezeki yang lapang bagi para pelakunya.